Kamis, 06 April 2017

puisi tentang sahabat



Kehilangan
Buah pena : Dwi Ulfa Febri Wahyu

Karena hati tak mengingini
Harapan tak mengiringi
Nuranipun menjerit pedih
Duka akan segera menyelemuti
Butiran mutiara hangat akan bergulir
Namun tak dapat dihindari, Ia datang
Ia menjemput..
Aku kehilangan
Dingin, kaku, dan pucat
Menyertai tidur panjangmu
Kau tak lagi mengajakku becerita
Hanya senyumanmu yang seakan mengajakku bahagia
Sahabat doa’aku menyertaimu

Rabu, 01 Februari 2017

puisi



JanjiNya pasti 

Tak takut kelak untuk berbeda
Tak ragu untuk percaya
Aku tak pernah bertemu rasulullah
tapi aku tak pernah ragu akan keteladannya
tak perlu takut untuk menerima
menerima apa adanya,
 walau jauh dari kata sama
kau lihat warna pelangi ?
 tak terbayangkan jika hanya memiliki satu warna saja
serupalah dengan kisah kita
keraguan akan perbedaan-perbedaan yang kita miliki
 hanya mendatangkan api kecil ditengah tumpukan kapas,
dan hujanpun tidak berniat untuk menyirami
aku percaya kau disana belajar memahami
aku sadar kau disana belajar memantaskan
dan tak berharap ikatan semu
akupun serupa, tak ada usaha yang bertolak dengan harapan
memantaskan dan menjaga hati itulah pilihan
dan aku tak mengubur manisnya janji Tuhan untuk mempersatukan

CREATED BY DWI ULFA F.W

Selasa, 24 Mei 2016

ruang lingkup dan metode pada fisafat



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
       Filsafat merupakan ilmu pengetahan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat. Ilmu pengetahuan tentang hakikat menanyakan tentang apa hakikat atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu. Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan, baik secara subtansial maupun historis, hal itu dikarenakan bahwa kelahiran ilmu tidak lepas dari sebuah peranan dari filsafat dan sebaliknya perkembangan ilmulah yang memperkuat keberadaan dari filsafat itu sendiri. Kelahiran filsafat di Yunani mengubah pola pikir bangsa Yunani dari pandangan yang mitos menjadi rasio. Dengan filsafat pula pola pikir yang selalu tergantung pada yang ghaib diubah menjadi pola pikir yang tergantung pada rasio. Perubahan dari pola pikir mitos ke rasio membawa implikasi yang tidak kecil. Alam dengan segala gejalanya yang selama itu ditakuti sekarang didekati dan bahkan bisa dikuasai. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang mejelaskan perubahan yang terjadi, baik alam semesta maupun pada manusia itu sendiri. Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang berusaha mencerminkan segala sesuatu secara dasar dengan berbagai persoalan mengenai ilmu pengetahuan, landasan dan hubungan dari segala segi kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan penerus dalam pengembangan filsafat pengetahuan, itu disebabkan pengetahuan tidak lain adalah tingkatan yang paling tinggi dalam perangkat pengetahuan manusia. Oleh karena itu mempelajari ilmu filsafat membuka candela ilmu pengetauan untuk lebih mengerti, memahami dan dapat memanfaatkan ilmu untuk kebaikan diri sendiri, orang lain, alam semesta terutama untuk Allah swt. Berdasarkan hal di atas, maka makalah ini akan menguraikan Ruang lingkup filsafat, metode beserta pembagian filsafat.

B.     Rumusan Masalah
       Berdasarkan latarbelakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut yang akan dibahas dalam makalah ini.
1.      Apa sajakah yang menjadi ruang lingkup Filsafat ?
2.      Apa saja metode-metode yang ada pada filsafat  ?
3.      Bagaimana pembagian dari filsafat itu sendiri ?
4.      Apa perbedaan filsafat dengan ilmu dan agama ?

C.    Tujuan Penulisan
       Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu
1.      Untuk mengetahui dan memahami Ruang lingkup Filsafat.
2.      Untuk mengetahui dan memahami metode-metode yang ada di Filsafat.
3.      Untuk mengetahui pembagian-pembagian yang ada di Filsafat.
4.      Untuk mengetahui perbedaan filsafat dengan ilmu dan agama.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Ruang Lingkup Filsafat
       Filsafat merupakan induk dari segala ilmu yang mencakup ilmu-ilmu khusus. Dalam perkembangannya ilmu-ilmu khusus itu satu demi satu memisahkan diri dari induknya yakni filsafat. Ternyata filsafat tidak mati tetapi hidup dengan corak tersendiri yakni sebagai ilmu yang memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Filsafat merupakan sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi. Adapun menurut para ahli tentang ruang lingkup filsafaat, yaitu :
1.      Tentang hal mengerti, syarat-syaratnya dan metode-metodenya
2.      Tentang ada dan tidak adaTentang dunia, alam dan seisinya
3.      Menentukan apa yang baik dan apa yang buruk
4.      Hakikat manusia dan hubungannya dengan sesama makhluk lainnya
5.      Tuhan tidak dikecualikan
Adapun ruang lingkup filsafat adalah segala sesuatu lapangan pikiran manusia yang amat luas. Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar, benar ada ( nyata ), baik material konkrit maupun nonmaterial abstrak ( tidak terlihat). Jadi objek filsafat itu tidak terbatas. Objek pemikiran filsafat yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan alam sekitarnya adalah juga objek pemikiran filsafat pendidikan (Zen,Zelhendri.2014:21-22).

B.     Metode Filsafat
       Istilah metode berasal dari kata Yunani, methodeuo yang berarti mengikuti jejak atau mengusut, menyelidiki dan meneliti yang berasal dari kata methodos dari akar kata meta (dengan) dan hodos (jalan). Dalam hubungan dengan suatu upaya yang bersifat ilmiah, metode berarti cara kerja yang teratur dan sistematis yang digunakan untuk memahami suatu objek yang dipermasalahkan, yang merupakan sasaran dari bidang ilmu tertentu. Metode yang benar dan tepat akan menjamin kebenaran yang diraih. Oleh karena itu, setiap cabang ilmu pengetahuan harus mengembangkan metodologi yang sesuai dengan objek studi ilmu pengetahuan itu sendiri. Ini merupakan suatu keharusan karena sesungguhnya tidak ada satu metode yang cocok digunakan bagi semua bidang ilmu pengetahuan. Filsafat pun memiliki metode sendiri, namun harus ditegaskan pula bahwa filsafat sesungguhnya tidak memiliki metode tunggal yang digunakan oleh semua filsuf sejak zaman purba hingga sekarang ini. Metode yang dipakai dalam ilmu filsafat ini sebenarnya sangat banyak, sebanyak para tokoh filsafat atau filosof,yang masing-masing memiliki dan menamakan metode nya masing-masing.Seperti yang dilakukan oleh Socrates dan Plato,maka metode yang mereka pakai dinamai dengan metode kritis.Metode kritis adalah cara kerja atau bertindak yang bersifat analitis.Metode ini dilakukan dengan cara melalui percakapan-percakapan(dialog).Socrates tidak menyelidiki fakta-fakta,melainkan ia menganalisis berbagai pendapat atau aturan-aturan yang dikemukakan orang.Setiap orang memiliki pendapat yang berbeda dan analisis yang berlainan. Dengan cara percakapan atau dialog tersebut,Socrates menemukan suatu cara berpikir induksi,yaitu berdasarkan beberapa pengetahuan mengenai masalah-masalah khusus memperoleh kesimpulan pengetahuan yang bersifat umum. Metode lain,yang biasa dipakai dalam ilmu filsafat adalah metode skolastik,yang dikembangkan oleh Aristoteles dan Thomas Aquinas.Metode skolastik ini banyak dipakai untuk menguraikan metode mengajar disekolah atau diperguruan tinggi,bukan hanya dalam bidang ilmu filsafat saja,melainkan dalam semua ilmu,seperti ilmu hukum,ilmu pasti,kedokteran dan lainnya.
Pokok-pokok pikiran dari filosof Thomas Aquinas (1225-1274) antara lain:
1.      Hanya ada dua kekuatan yang menggerakkan dinamika perubahan dunia, yaitu agama dan filsafat. Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Tuhan bagi Aquinas adalah Awal dan Akhir segala kebajikan.
2.      Hakikat alam semesta ini adalah terdiri dari lima realitas kelas, yaitu: realitas anorganis, realitas animal, realitas manusia, realitas malaikat, dan realitas Tuhan. Dan semua realitas tersebut berpusat atau dibimbing oleh realitas Tuhan.
3.      Filsafat Aquinas mendasarkan kepada eksistensi Tuhan, tetapi pandangannya tentang eksisitensi Tuhan berbeda dengan teolog sebelumnya. Menurut Aquinas eksistensi Tuhan dapat dibuktikan dengan akal (rasional).
Ada empat dalil yang memperkuat pendapat Aquinas di atas, yaitu: (1) hakikat segala sesuatu di alam ini bergerak, dan sejatinya penggerak itu bukan benda yang bergerak, tetapi ada Sang Penggerak Tunggal itulah Tuhan; (2) di dunia indrawi manusia terbukti ada sebab yang mencukupi (efficient cause) (misalnya kebutuhan indra mata, dan sebagainya). Secara rasional tidak ada sesuatu yang mempunyai sebab pada dirinya sendiri. Jadi, ada Sumber Penyebab itulah Tuhan; (3) logika kemungkinan dan keharusan (possibility and necessity). Di dunia ini hakikat segala sesuatu itu bisa mungkin ada (possibility) dan harus ada (necessity). Penyebab yang harus ada itulah Tuhan; dan (4) tentang hukum keteraturan alam. Manusia menyaksikan benda planet dalam sistem tata surya dan benda-benda di alam ini bergerak dalam hukum keteraturan, padahal benda-benda tersebut tidak mempunyai akal atau pengetahuan untuk bergerak menuju keteraturan. Hal ini tentu membuktikan adanya Sang Pengatur Tunggal itulah Tuhan.
4.      Pandangan Aquinas tentang Jiwa (intuisi), yaitu: (1) manusia terdiri dari jiwa dan raga. Raga menghadirkan matter (potensial) sedangkan jiwa menghadirkan form (aktualitas atau prinsip-prinsip hidup yang aktual); (2) jiwa adalah kapasitas intelektual (pikir) dan kegiatan vital kejiwaan lainnya. Manusia adalah makhluk berakal. Jiwa mempunyai kedudukan lebih tinggi dari raga, sehingga jiwa harus membimbing raga (fisik). Jiwa rasional merupakan manifestasi kehidupan tertinggi; (3) jiwa manusia dibagi menjadi tiga kemampuan, yaitu: kemampuan mengindera (sensation), kemampuan pikir (reason), dan kemampuan nafsu (appetite), ketiganya menyatu dalam diri manusia.Jiwa tersebut merupakan anugerah Tuhan, yang membedakan manusia dengan mahluk lain.

Sebagian ahli ada yang mengelompokkan metode yang dipergunakan dalam mempelajari filsafat ini menjadi tiga macam,yaitu metode sistematis,metode historis,dan metode kritis.Dengan menggunakan metode sistematis,para pelajar akan mengahadapi karya-karya filsafat,misalnya mempelajari tentang teori-teori pengetahuan yang terdiri atas beberapa cabang filasafat.Setelah itu ia mempelajari teori hakikat yang merupakan cabang ilmu lainnya,kemudian ia akan mempelajari teori nilai atau filsafat nilai.Ketika para pelajar membahas setiap cabang atau subcabang filsafat,maka aliran-aliran filsafat pun akan terbahas.Maka dengan mempelajari filsafat melalui metode sistematis ini perhatiannya akan terfokus pada isi filsafat,bukan pada tokoh ataupun pada zaman,serta periode nya. Sedangkan metode historis digunakan bila para pelajar mengkaji filsafat dengan mengikuti sejarahnya.Ini dapat dilakukan dengan cara membicarakan tokoh demi tokoh  menurut kedudukannya dalam sejarah.Sebagai contoh,jika kita ingin membicarakan riwayat hidupnya,pokok ajarannya,baik dalam teori pengetahuan,teori hakikat,maupun dalam teori nilai.Kemudian dilanjutkan dengan membicarakan  Anaximandros,Socrates,Rousseau,Imannuel Kant dan seterusnya sampai pada tokoh-tokoh filsafat ini memang sangat perlu karena ajarannya biasanya berkaitan erat dengan lingkungan,pendidikan,dan kepentingannya.
Cara lain untuk mempelajari filsafat dengan menggunakan metode historis ini adalah dengan cara membagi babakan atau periode filsafat sejarah.Misalnya mula-mula yang di pelajari adalah filsafat kuno,kemudian filsafat pertengahan,dan selanjutnya adalah filsafat abad modern.Variasi cara mempelajari filsafat dengan menggunakan metode historis ini cukup banyak.Yang penting,mempelajari filsafat dengan metode historis berarti mempelajari filsafat secara kronologis.Dan metode ini cocok bagi pelajar pemula.
Adapun metode kritis digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat tingkat intensif.Dimana para pelajar haruslah telah memiliki bekal pengetahuan tentang filsafat secara memadai.Dalam metode ini pengajaran filsafat dapat menggunakan metode sistematis atau historis.Langkah pertama adalah memahami isi ajaran,kemudian para pelajar mencoba mengajukan kritiknya.Kritik itu mungkin dalam bentuk menentang atau atau menolak paham atau pendapat dari para tokoh,namun dapat juga berupa dukungan atau memperkuat terhadap ajaran atau paham filsafat yang sedang dikajinya.Dalam mengkritik mungkin ia menggunakan pendapatnya sendiri atau dengan menggunakan pendapat para filosof lainnya. Beberapa pokok pikiran metode kritis Sokrates antara lain:
1.      Metode kritis merupakan analisis istilah dan pendapat dalam proses dialog dalam kehidupan sehari-hari, baik menyangkut fenomena sosial atau fenomena alam.
2.      Metode kritis merupakan hermeneutika, yang menjelaskan keyakinan, dan memperlihatkan pertentangan dalam dialog. Dengan jalan bertanya atau berdialog secara kritis, seseorang dapat membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak sesuatu dan akhirnya ditemukan hakikat dari sesuatu.
3.      Disebut metode kritis karena manusia dituntut untuk terus mempertanyatakan (mengkritisi) segala sesuatu yang disaksikan, dirasakan dengan bertanya dan berdialog antar individu dalam proses kehidupannya.
4.      Sokrates, mengajarkan agar manusia selalu mengajukan pertanyaan baru tentang segala sesuatu, ketika muncul jawaban dari pertanyaan tersebut, maka harus terus dimunculkan pertanyaan lagi dari jawaban yang ada (proses dialektika), demikian seterusnya. Jadi, dialektika itu menjadi suatu pemeriksaan teliti, semacam cross examination, dengan membandingkan jawaban dalam dialog.
5.      Menurut Sokrates, dengan terus menanyakan, membandingkan, menyisihkan, dan menolak informasi atau data yang tidak relevan, seseorang akan membuat rumusan, definisi dan generalisasi. Seseorang akan memperoleh pengertian (definisi) sejati tentang hakikat kenyataan.
6.      Bagi Sokrates, hakikat ‘kebijaksanaan’ adalah kesanggupan seseorang terus bertanya dan berdialog untuk membuka hati-pikiran agar tetap mampu menerima pengetahuan sejati, yaitu pengetahuan mengenai kebaikan susila atau ‘kebijaksanaan’ (sophrosyne). Kebijaksanaan itu bukan diperoleh melalui hapalan dari diktat, melainkan melalui proses pencarian pribadi dan pengalaman pribadi. Oleh karena itu manusia menjadi angry with himself and gentle to others.

Sedangkan beberapa pokok pikiran metode kritis dari filosof Plato antara lain:
1.      Metode filosofis paling utama adalah dialog, dan kemampuan berdialog merupakan seni manusiawi yang paling tinggi. Sebenarnya metode Plato merupakan perluasan atau penyempurnaan metode kritis gurunya yaitu Sokrates.
2.      Plato memperkenalkan dialog-dialog dengan menyebut ‘dialog tengah’ atau ‘metode hipotesis’.
3.      Menurut Plato, kebenaran umum (definisi) itu bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif (seperti pendapat Sokrates), pengertian umum (definisi) itu sudah tersedia di ‘sana’ yaitu di ‘alam idea’
4.      Hakikat esensi itu mempunyai realitas, dan realitas itu di ‘alam idea’ itu. Jadi, kebenaran umum itu bukan dibuat tetapi sudah ada di alam idea. Sebenarnya baik Plato maupun gurunya yaitu Sokrates sama-sama mengakui kekuatan akal (reason) dan kekuatan hati (rasa dan larsa)

Selain dengan ketiga metode diatas,dalam ilmu filsafat dikenal juga metode empiris,seperti yang dipahami oleh Thomas Hobbes,John Locke,dan David Hume.Menurut mereka hanya pengalaman lah yang dapat menyajikan pengertian benar.Masih banyak metode-metode lain seperti metode intuitif, geometris,metode transcendental,metode fenomenologis,dan metode-metode lainnya yang semua lahir dikarenakan keyakinan dan pengalaman mereka dalam memahami filsafat secara sungguh-sungguh sehingga menghasilkan bentuk metode yang berbeda-beda tersebut.(Susanto,2010:13-15).

Metode-metode lainnya adalah:
1.      Metode Intuitif (Plotinus dan bergson)
Dengan jalan metode intropeksi intuitif dan dengan pemakaian simbol-simbol di usahakan membersihkan intelektual (bersama dengan pencucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan pemikiran. Sedangkan bergson dengan jalan pembauran antara kesadaran dan proses perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.Metode filsafat Platinos metode intuitif disebut metode mistik sebab dimaksudkan untuk menuju pengalaman batin dan persatuan dengan Tuhan. Dengan demikian bisa kita pahami bahwa tujuan Platinos dengan filsafatnya adalah ingin membawa manusia kedalam hidup mistis, hidup yang mempertinggi nilai rohani dan persatuan dengan Yang Maha Esa.
2.      Metode Transendental
Immanuel Kant (1724-1804) dalam filsafat mengembangkan metode kritis transcendental. Kant berpikir tentang unsure-unsur mana dalam pemikiran manusia yang berasal dari pengalaman dan unsur-unsur mana yang terdapat dalam rasio manusia. Ia melawan dogmatisme. Kant tidak mau mendasarkan pandangannya kepada pengertian-pengertian yang telah ada. Harus ada pertanggung jawaban secara kritis. Kant mempertanyakan bagaimana pengenalan objektif itu mungkin. Harus diketahui secara jelas syarat-syarat kemungkinan adanya pengenalan dan batas-batas pengenalan itu. Metodenya merupakan analisa criteria logis mengenai titik pangkal. Ada pengertian tertentu yang objektif sebagai titik tolak.

Analisa tersebut dibedakan dalam beberapa macam:
1.      Analisa psikologis. Analisa ini merupakan penelitian proses atau jalan kegiatan yang factual. Prinsipnya adalah mencari daya dan potensi yang berperanan. Kemudian memperhatikan peningkatan taraf kegiatan, inferensi, asosiasi, proses belajar, dsb.
2.      Analisa logis. Meneliti hubungan antara unsur-unsur isi pengertian satu sama lain.
3.      Analisa ontologis. Meneliti realitas subjek dan objek menurut adanya.
4.      Analisa kriteriologis. Meneliti relasi formal antara kegiatan subjek sejauh ia mengartikan dan menilai hal tertentu.
Dalam metode Kant juga dipergunakan kergu-raguan. Kant meragukan kemungkinan dan kompetensi metafisik. Metafisik tidak pernah menemukan metode ilmiah yang pasti untuk memecahkan problemnya. Kant menerima nilai objektif dari ilmu-ilmu positif karena mendatangkan kemajuan dalam hidup sehari-hari. Demikian juga tentang nilai objektif agama dan moral. Sebab mendatangkan kemajuan dan kebahagiaan. Karena itulah Kant menerima dan meneliti dasar-dasar yang bukan empiris, tetappi sintetis apriori. Kant juga melakukan pembagian terhadap macam-macam pengertian.
5.      Pengertian analitis. Bentuknya selalu apriori seperti kita lihat dalam ilmu pasti. Dalam pengertian analitis prediket sudah termuat dalam konsep subjek. Tidak otomatis mengenai kenyataan dan tidak memberi pengertian baru.
6.      Pengertian sintetis. Relasi subjek dan prediket berdasarkan objek riil.terjadi kesatuan dari hal-hal yang berbeda sehingga timbul pengertian yang baru. Ada dua pengertian sintetis: apriori dan aposteriori. Sintetis apriori merupakan pengertian umum, universal dan pasti. Misalnya air mendidih pada suhu 100oC. sintetis aposteriori tidak bersifat universal. Misalnya saya merasa panas.
Filsafat Kant disebut kritisisme. Metodenya bersifat kritik. Dia mulai dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio. Kant memang seorang pembaharu dengan kritik-kritiknya. Ia membawa perubahan-perubahan tertentu dalam filsafat. Kant memberi alternatif metode yang relevan.
Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis di selidiki syarat-syarat apriori  bagi pengertian demikian.



3.      Metode Fenomenologis
Edmund Husserl (1859-1938) mengembaangkan metode fenomenologis dalam filsafat. Menurut Husserl dalam usaha kita mencapai hakekat –pengertian dalam aslinya- harus melalui proses reduksi. Reduksi adalah proses pembersihan atau penyaringan dimana objek harus disaring dari beberapa hal tambahannya. Obyek penyelidikan adalah fenomena. Dan yang kita cari adalah kekhasan hakekat yang berlaku bagi masing-masing fenomena. Fenomena adalah yang menampak. Yaitu data sejauh disadari dan sejauh masuk dalam pemahaman. Obyek justru dalam relasi dengan kesadaran. Jadi fenomena adalah yang menampakkan diri menurut adanya didalam diri manusia. Fenomenologis mengadakan refleksi mengenai pengalaman langsung. Melakukan penerobosan untuk mencari pengertian sebenarnya atau yang hakiki. Kita harus menerobs gejala-gejalanya yang menampakkan diri sampai pada hakekat obyek. Jalan yang ditempuh adalah reduksi yang menurut Husserl ada tiga macam :
a.       Reduksi fenomenologis, kita berupaya untuk mendapatkan fenomen dalam bentuk semurni-murninya. Cara yang ditempuh adalah dengan  jalan menyaring pengalaman-pengalaman kita. Obyek kita selidiki sejauh kita sadari. Kita pandang obyek menurut hubungannya dengan kesadaran. Mengenai fakta-fakta kita tidak melakukan refleksi. Dalam proses ini ada segi-sehi yang sementara kita singkirkan. Ditempatkan diantara tanda kurung. Atau menurut istilah yang menurut Husserl –Einklamerung-. Segi-segi yang sementara disingkirkan ini adalah: pandangan adat, agama, pandangan umum dan ilmu pengetahuan. Kalau langkah-langkah tersebut berhasil kita akan bisa mengenal gejala dalam dirinya sendiri atau yang disebut fenomen.
b.      Reduksi eidetis atau penilaian. Dalam proses ini kita akan melihat hakekat sesuatu atau pengertian sejatinya. Semua gejala kita tinjau lagi untuk membedakan mana yang intisari dan mana yang tidak. Yang kitacari adalah hakekat fenomenologis yang bersifat luas bukan arti umum, bukan arti yang tersembunyi. Bukan hakekat yang spesifik, tetapi struktur dasariah yang meliputi isi fundamental, sifat hakiki, relasi hakiki dengan kesadaran. Prosesnya mulai dengan titik tolak intuisi praprediktif. Digambarkan, diteliti, dan dianalisa dengan berdasarkan pengalaman pertama dan tekhniknya adalah :
1)      Kelengkapan, analisa harus melihat segala suatu yang ada dalam data secara eksplisit dan sadar. Dalam analisa harus kita temukan kembali unsur maupun segi dalam fenomena.
2)      Diskripsi, segala yang terlihat harus bisa diuraikan dalam analisa. Kita gambarkan satu-persatu semua unsur daro objek dan dibentangkan. Hubungan satu sama lain harus tergambar dan diketahui perbedaan-perbedaan pentingnya dalam penjelasan yang tuntas sehingga jelas aspek-aspeknya.
3)      Variasi Imajinasi, apakah sifat-sifat tertentu memang hakiki bisa ditentukan dengan mengubah contoh-contoh, menggambarkan contoh tertentu yang representatif. Misalnya manusia dengan panca inderanya. Sitambah dan dikurangi salah sau sifat. Hanya dengan tiga indera misalnya, apakah dia masih person. Apakah diskripsi itu masih mengenai macam objek yang sama seperti yang pertama.
4)      Kriterium Koherensi, kita dapat mengukur tepatnya analisa fenomenologis dengan kriterium koherensi: Pertama, harus ada kesesuaian antara subjek, objek intensional dan sifat-sifat. Observasi yang beturut-turut harus dapat disatukan dalam satu horizon yang konsisten. Kedua, harus ada koherensi dalam deretan kegiatan. Setiap observasi memberi harapan akan tindakan-tindakan yang sesuai dengan yang pertama atau yang melangsungkan. Harus ada kontinuitas diantara tindakan yang dapat dilakukan subjek. Fenomenologis harus melakukan analisa internasional yaitu menjelaskan dan merumuskan horizon-horizon bagi tindakan-tindakan intensional tertentu. Hasil proses reduksi eidetis kita akan mencapai intuisi hakekat. Ketiga, Reduksi Transendental. Reduksi Transendental ini adalah pengarahan ke subjek. Jadi fenomenologi itu diterapkan kepada subjeknya sendiri dan kepada perbuatannya. Kepastian akan kebenaran pengertian kita bisa peroleh dari pengalaman yang sadar yang disebut erlebnisse. Didalamnya kita bisa mengalami diri kita sendiri. Aku-kita selalu berhubungan dengan dunia benda diluar kita dalam situasi jassmaniah tertentu.

C.    Pembagian Filsafat
Menurut para ahli :
1.      alcuinis salah seorang tokoh filsafat “scholastik” pada zaman abad pertengah membagi filsafat sebagai berikut :
a.       bagian fisika yang menyelidiki apakah sebab – sebabnya sesuatu itu ada
b.      bagian etika yang menentukan tata hidup
c.       bagian logika yang mencari  cari dasar-dasar untuk mengerti

2.      al – Kindi ahli pikir dalam filsafat islam membagi filsafat menjadi 3 bagian yaitu :
a.       ilmu fisika, tingkatan terendah
b.      ilmu matematika, tingkatan tengah.
c.       ilmu keutuhan, tingkatan tertinggi

3.      al – Farabi dan ibnu membagi dua bagian yaitu filsafat teori dan filsafat praktek

4.      Prof. Dr. M. J Langeveld membagi filsafat dalam tiga lingkungan masalah, yaitu :
a.       lingkungan, masalah- masalah keadaan (metafisika, manusia dan lain-lain)
b.      lingkungan masalah – masalah pengetahuan (teori pengetahuan, teori kebenaran, logika)
c.       lingkungan masalah – masalah nilai ( teori nilai,etika, estetika, yang bernilai bernilai berdasarkan religi)

5.      prof.Alburey Castell membagi filsafat ke dalam enam bagian sebagai berikut :
a.       masalah theologies
b.      masalah metafisika
c.       epistemologi
d.      masalah etika
e.       masalah politik
f.       masalah sejarah

6.      H.De Vos membagi filsafat kedalam sembilan golongan sebagai berikut :
a.       logika
b.      metafisika
c.       ajaran tentang ilmu pengetahuan
d.      filsafat alam
e.       filsafat kebudayaan
f.       filsafat sejarah
g.      etika
h.      estetika
i.        anthropology

7.      plato mebedakan filsafat atas tiga bagian sbb ;
a.       Dialetika, tentang ide-ide atau pengertian – pengertian umum.
b.      fisika, tentang dunia materiil
c.       etika, tentang kebaikan

8.      aristoteles membagi 4 Cabang yaitu :
a.       logika
b.      filsafat teoritis
c.       filsafat praktis
d.      filsafat peotika.

D.    Perbedaan Filsafat Dan Ilmu Agama
       Perbedaan filsafat dengan ilmu dan agama dapat dikatakan sebagai
1. Filsafat menyelidik, membaca serta memikirkan seluruh alam kenyataan dan menyelidik bagaimana hubungan satu sama lainnya. Sedangkan ilmu lain menyelidiki hanya sebagian saja dari alam
2. Filsafat tidak saja menyelidiki tentang sebab akibat tetapi menyelidiki hakikatnya sedangkan ilmu lain tidak membahas tentang sebab akibat (peristiwa)
Filsafat dalam pembahasannya apa ia sebenarnya darimana asalnya dan hendakkemana perginya sedangkan ilmu lain harus menjawab bagaimana dan apa sebabnya. Ilmu bersifat deskriptif tentang objeknya agar dapat menemukan fakta-fakta, tekinik-teknik dan alat-alat. Filsafat tidak hanya melukiskan sesuatu, melainkan membantu manusia mengambil keputusan tentang tujuan, nilai, dan tentang apa yang harus di perbuat manusia. Filsafat tidak netral, karena faktor-faktor objektif memegang peranan yang penting dalam berfilsafat. Ilmu bersifat analitis, ilmu pengetahuan hanya menggarap salah satu lapangan pengetahuan sebagai objek formalnya. Sedangkan filsafat belajar dari ilmu pengetahuan dengan menekankan keseluruhan dari sesuatu(sinoptis), karena kese;luruhan punya sifat sendiri yang tidak ada bagian-bagiannya.
Secara umum beda filsafat dengan ilmu dan agama adalah:
1.      Sumber kebenaran, filsafat dan ilmu bersumber dari manusia itu sendiri, sedangkan agama bersumber dari allah swt.
2.      Pendekatan (approach) kebenaran, filsafat dengan jalan perenungan, ilmu dengan jalan riset dan percobaan, sedangkan agama dengan jalan mengacu pada wahyu allah swt.
3.      Sifat kebenaran, filsafat bersfat spekulatif, ilmu bersifat positif dan agama bersifat mutlak.
Tujuan, filsafat bertujuan untuk keseimbangan kepada pengetahuan yang bijaksan dengan hasil perdamaian. Tujuan ilmu bersifat teoritis, sedangkan tujuan agama adalah kedamaian, keharmonisan, kebahagian, dan keselamatan di akhirat (Zen, Zelhendri.24-25).



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
       Dari penjelasan di atas dapat ditarik dua kesimpulan berikut. Pertama, filsafat dipahami sebagai upaya, proses, metode, cara, dambaan untuk selalu mempersoalkan apa saja untuk samapai pada kebenaran. Kedua, filsafat dilihat sebagai upaya untuk memahami konsep atau ide-ide atau gagasan-gagasan. Dengan bertanya orang lalu berpikir tentang apa yang ditanyakan. Dengan bertanya orang berusaha menemukan jawaban atas apa yang ditanyakan. Di sini lalu muncul ide atau gagasan tertentu yang dapat menjawab pertanyaan tadi. Ide atau gagasan ini tidak pernah bersifat final, karena akan dipertanyakan lagi. Dalam filsafat, jawaban yang paling akhir dan paling benar tidak pernah akan ditemukan.

B.     Saran
       Makalah ini dapat dijadikan literatur mengenai materi filsafat, namun masih jauh dari kata sempurna. Jadi pembaca bisa mencampurkannya dengan literatur dari sumber yang lain.

















KEPUSTAKAAN

Susanto.2010.Filasat Imu.Jakarta:Bumi Aksara
Zen, Zelhendri. 2014. Filsafat Pendidikan. Padang: Sukabina Press

puisi tentang sahabat

Kehilangan Buah pena : Dwi Ulfa Febri Wahyu Karena hati tak mengingini Harapan tak mengiringi Nuranipun menjerit pedih Du...